Contoh Makalah Asuhan Keperawatan Penyakit Reumatik 1 | Tugas Mata Kuliah KMB III | Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan | Yang Baik dan Benar 2014..!!

Contoh Makalah Asuhan Keperawatan Penyakit Reumatik. Pada postingan kali ini penulis akan memberikan Contoh Makalah Asuhan Keperawatan Penyakit Reumatik pada Tugas Mata Kuliah KMB III di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan. yang mana didalamnya dibahas pendahuluan yaitu latar belakang dan seterusnya kemudian pembahasan yaitu A. Pengertian Reumatik B. Etiologi  C. Tanda dan Gejala D. Patofisiologi, yang mudah-mudahan ada manfaatnya.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rematik, pegal linu, nyeri otot dan sendi, merupakan penyakit-penyakit yang tidak asing dalam kehidupan kita sehari-hari. Dan kebanyakan pada masyarakat lansia (lanjut usia) yang memang dekat dengan gangguan rematik yang merupakan salah satu dari penyakit degeneratif ( FKUI/RSCM, 2009 ).
Penyakit rematik (rheumatism) merupakan suatu kondisi yang menyakitkan, yang mengefek berjutaan orang. Terdapat lebih dari 100 jenis penyakit rematik, antaranya adalah, osteoartritis, rheumatoid artritis, spondiloartritis, gout, lupus eritematosus sistemik, skleroderma, fibromialgia, dan lain-lain lagi. Penyakit ini menyebabkan inflamasi, kekakuan, pembengkakan, dan rasa sakit pada sendi, otot, tendon, ligamen, dan tulang. Berdasarkan penelitian oleh Centers for Disease Control and Prevention, menunjukkan bahwa 33% (69.9 juta) daripada populasi Amerika Serikat mengeluhkan penyakit artritis atau penyakit sendi (Cush, J.J. dan Lipsky, P.E., 2005).
Obat merupakan terapi utama untuk mengurangi efek dari rematik ataupun pegal linu. Obat rematik/pegal linu merupakan penghilang rasa sakit yang secara umum dikategorikan sebagai obat anti-inflamasi non- steroid ( OAINS ). Dalam kehidupan sehari-hari obat rematik/pegal linu sangat mudah didapatkan, bahkan kita dapat dengan mudah mendapatkannya dengan membeli di warung-warung, toko-toko, ataupun apotek-apotek tanpa harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Sangat praktis, namun kebanyakan masyarakat tidak mempertimbangkan dan tidak mempedulikan efek sampingnya jika ternyata obat yang dibeli tersebut salah atau malah menimbulkan efek balik (kontra indikasi). Banyak pasien yang mungkin karena merasa cocok dengan obat yang pernah diresepkan oleh dokternya kemudian, ketika sakit lagi, mengulang resep tadi dengan membeli di toko obat. Padahal, tanpa disadari penggunaan obat rematik yang tidak tepat bisa menyebabkan efek samping kerusakan lambung atau saluran cerna ( Makmun, 2009 ).
Gejala yang sering timbul akibat efek samping dari obat-obat ini, antara lain gangguan maag berupa rasa sakit atau tidak nyaman di uluhati, mual, muntah, perlukaan bahkan tukak di lambung dan usus duabelas jari. Dan bisa mengakibatkan erosi klinis dilambung sehingga terjadi perdarahan saluran cerna bagian atas yang bisa berlanjut dengan kematian ( Fahrial, 2008).
Pada penelitian yang dilakukan RSCM (2005) pada 1.192 pasien dengan keluhan buang air besar hitam, muntah darah, atau keduanya, lebih dari 90 % disebabkan oleh penggunaan obat rematik. Dan pada penelitian berikutnya ( 2009 ) resiko terjadinya tukak lambung 1 dari 5 pasien pemakai obat rematik/pegal linu, tukak yang bergejala terjadi pada 1 dari 70 pasien pemakai obat rematik/pegal linu, dan yang mengakibatkan perdarahan saluran cerna atas pada 1 dari 150 pasien pemakai obat rematik/pegal linu. Menurut Graham ( 2008 ) dari komite penasihat Food and Drug Administration, “ ketika kita sebagai dokter meresepkan obat pada pasien, kita bukan hanya harus menjelaskan jenis obat yang kita berikan, tetapi kita juga perlu membahas efek samping obat dengan baik dan apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya efek samping tersebut”. Karena menurut Simon (2003) berdasarkan penelitian yang dilakukannya menunjukkan bahwa pasien yang memperhatikan efek samping dari obat hanya sekitar 25 %.
Menurut fakta yang telah telah dibahas tersebut, maka penulis ingin memperkenalkan penyakit Reumatik lebih jelas dan singkat yang akan diterangkan didalam makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Reumatik (Osteoartritis)”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang disebut dengan penyakit Reumatik?
2. Bagaimana cara mengetahui tanda dan gejala dari Reumatik?
3. Dan bagaimana cara mencegah serta penatalaksanaannya?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Reumatik
2. Untuk mengetahui bagaimana tanda dan gejala dari penyakit tersebut
3. Serta untuk mengetahui bagaimana cara mencegah dan cara penatalaksanaan yang benar menurut medis

D. Metode Penulisan
Metode yang saya gunakan adalah deskriptif, kajian pustaka dilakukan dengan mencari literature di internet dan buku-buku panduan.

E. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
D. Metode Penulisan
E. Sistematika Penulisan
BAB II Pembahasan
A. Pengertian Reumatik
B. Etiologi
C. Tanda dan Gejala
D. Patofisiologi
E. Penatalaksanaan
F. Asuhan Keperawatan Reumatik
BAB III Penutup
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA


BAB II
PEMBAHASAN


A. Pengertian Reumatik

Osteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana terjadi kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dnegan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban

Secara klinis osteoartritis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi dan hambatan gerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar. Seringkali berhubungan dengan trauma maupun mikrotrauma yang berulang-ulang, obesitas, stress oleh beban tubuh dan penyakit-penyakit sendi lainnya.

Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi Darmojo, 1999).

Rhematoid artritis adalah peradangan yang kronis sistemik, progresif dan lebih banyak terjadi pada wanita, pada usia 25-35 tahun (Brunner, 2002).

B. Etiologi

Penyebab dari Reumatik belum dapat ditentukan secara pasti, tetapi dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu:

1. Mekanisme imunitas (antigen antibodi) seperti interaksi IgG dari imunoglobulin dengan rhematoid
    faktor
2. Faktor metabolik
3. Infeksi dengan kecenderungan virus
Namun ada beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain :

1. Usia lebih dari 40 tahun

Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan eprubahan pada osteoartritis.
 2. Jenis kelamin wanita lebih sering

Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki dan wanita, tetapi diats usia 50 tahunh (setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
 3. Suku bangsa

Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku bangsa. Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.
 4. Genetik

5. Kegemukan dan penyakit metabolik

Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan oateoartritis pada sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu disamping faktor mekanis yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolit) yang berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.


6. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga

Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi yang berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.

7. Kelainan pertumbuhan

Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya oateoartritis paha pada usia muda.

8. Kepadatan tulang

Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.
 C. Tanda dan Gejala

Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena, etrutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.

Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak emnonjol dan timbul belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan, antara lain :

1. Nyeri sendi

Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.

2. Sering keringat dingin, sekalipun waktu tidur
3. Kaki terasa sakit
4. Tulang-tulang dan persendian terasa sakit
5. Keluar keringat berbau anyir
6. Jika diraba, tulang terasa sakit
7. Hambatan gerakan sendi

Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.

8. Kaku pagi

Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.

9. Krepitasi

Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.

10. Pembesaran sendi (deformitas)

Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar.

11. Perubahan gaya berjalan

Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).


D. Patofisiologi

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer.Kartilago menjadi nekrosis.

Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.

Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang.Ditandai dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.

Pengunjung