Makalah Pendidikan | Belajar dan Pembelajaran | Model Pembelajaran Kontekstual | Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kontekstual..!!

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah penulis dapat kembali membuat postingan, dalam postingan kali ini penulis akan membahas Makalah Model Pembelajaran Kontekstual dan Model Pembelajaran di Labolatorium dan Lapangan, dan bahasan ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki serta dibantu dengan beberapa sumber yang mudah-mudahan berguna. 

 http://adinnagrak.blogspot.com/

Perilaku belajar siswa sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri siswa dengan lingkungannya. Menurut piaget (1950) setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sitem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap obyek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman obyek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan obyek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan akomodasi (proses memanfaatkan kosep-konsep yang ada dalam pikiran untuk menafsirkan obyek). Dengan cara seperti itu anak secara bertahap dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya.
Perkembangan berpikir anak secara jelas dikemukakan oleh Piaget dalam tahap-tahap berikut: 0-2 tahun (sensorimotor), 2-7 tahun (praoperasional), 7-11 tahun (operasi konkrit dan 11 tahun lebih operasi formal. Pada setiap tahapan menunjukkan perilaku unik dan menjadi ciri psikologis dari perilaku belajar pada rentang usia itu.
Anak usia Sekolah Dasar berada pada tahapan operasi konkrit. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut; 1) mulai memandang dunia secara objektif, 2) mulai berpikir secara operasional. 3) menggunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda. 4) membentuk dan menghubungkan keterhubungan aturan-aturan.
Memperhatikan tahapan perkembangan berikut kecenderungan belajar anak usia Sekolah Dasar meiliki tiga ciri : konkrit, integratif, dan hierarkis. Oleh karena itu beberapa model pembelajaran bagi siswa Sekolah Dasar (SD) diantaranya: pembelajaran model kontekstual, pembelajaran model di laboratorium dan lapangan. Adapaun biar kajian makalah ini terarah kepada tujuan bahasan penulis maka penulis merumuskan diantaranya; 1) bagaimana model pembelajaran kontekstual itu ?, 2) bagaimana model pembelajaran di laboratorium dan lapangan itu ? dengan tujuan supaya 1) untuk mengetahui model pembelajaran kontekstual, 2) untuk mengetahui model pembelajaran di laboratorium dan lapangan dan berharap yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini adalah dapat mengetahui model pembelajaran kontekstual dan model pembelajaran di laboratorium dan lapangan sehingga kita dapat memilih model pembelajaran mana yang cocok yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
PEMBAHASAN

2.1 Model Pembelajaran Kontekstual (CTL)
A. Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual (CTL)
Contextual Teaching and Learning adalah konsep mengajar dan belajar yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi nyata dan yang memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Definisi ringkas tetapi padat menyatakan bahwa Contextual Teaching and Learning adalah proses belajar mengajar yang erat dengan pengalaman nyata. Sebuah definisi lain menyatakan bahwa Contextual Teaching and Learning adalah pembelajaran yang harus situation and content-speccificdan memberi kesempatan dilakukannya pemecahan masalah secara riil/otentik serta latihan dan melakukan tugas. Dari ketiga definisi yang dikutip tersebut dapat dirasakan adanya konsep-konsep sama yang melandasinya. Sedangkan dari referensi yangada dalam bahasa Inggris Contextual Teaching and Learning mempunyai banyak padanan istilah.
Contextual Teaching and Learning dapat juga disebut experiencial learning, real world education, active learning, learner centered, intruction, dan learning-in-context. Tentu saja istilah-istilah tersebut mengandung perbedaan-perbedaan penekanan. Dari definisi yang ada dapat dilihat bahwa CTL merupakan perpaduan beberapa praktek pengajaran yang baik dan beberapa pendekatan sebelumnya (konsep Dewey, pragmatik, komunikatif dan konstruktivis). CTL menekankan pada cara berpikir, trasfer pengetahuan lintas disiplin, pengumpulan, penganalisisan dan pentesisan informasi dan data dari berbagai sumber dan pandangan (Nur, 2001). Menurut Nur Hadi model Pembelajaran Kontekstual adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Menurut Jonhson Pembelajaran Kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk menolong para siswa melihat siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka. Dari pendapat para tokoh-tokoh diatas dapat diambil kesimpulan bahwa model Pembelajaran Kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.Model pembelajaran Kontekstual ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atu ketrampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dari permasalahan kepermasalahan lainya.
Oleh sebab itu melalui pendekatan CTL, mengajar bukan transformasi pengetahuan drai guru kepada siswa dengan menghapal sejumlah konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi siswa untuk mencari kemampuan untuk bisa hidup dari apa yang dipelajarinya. Dengan demikian pembelajaran akan lebih bermakna, sekolah lebih dekat dengan lingkungan masyarakat, akan tetapi secara fungsional apa yang dipelajari di sekolah selalu bersentuhan dengan kehidupan nyata.
Pendekatan kontekstual sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang memfasilitasi kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkrit. Oleh karena itu tugas guru adalah menyiasati strategi pembelajaran bagaimana yang dipandang lebih efektif dalam membimbing kegiatan belajar siswa agar dapat menemukan apa yang menjadi harapannya.
E.     Tujuan model pembelajaran kontekstual
·         Model pembelajaran ini menekankan dalam belajar itu tidak hanya sekedar menghafal tetapi perlu dengan adanya pemahaman
·         Model pembelajaran ini menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa.
·         Model pembelajaran ini bertujuan untuk melatih siswa agar dapat berfikir kritis dan terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.
·         Agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna.
·         Untuk mengajak anak pada suatu aktivitas yang mengkaitkan materi akademik dengan konteks jehidupan sehari-hari.
·         Agar siswa secara individu dapat menemukan dan mentrasfer informasi-informasi komplek dan siswa dapat menjadikan informasi itu miliknya sendiri

F.     Karakteristik pembelajaran kontekstual
1.   Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konnteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting)
2.    Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learnig)
3.    Pembelajaran dilaksanakan dengan meberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning by doing)
4.    Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antarteman (learning in a group)
5.    Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerjasama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply)
6.    Pembelajaran dilaksanakan secara aktif,  kreatif, produktif, dan mementingkan kerjasama (learning to ask, to inquiry, to work together)
7.    Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as an enjoy activity).
            8.    Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah  
                   pengetahuan baru
            9.    Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan.

G.    Perbedaan pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran tradisional
Setidaknya terdapat 14 macam perbedaan antara Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran Tradisional, yakni sebagai berikut:
a. Pembelajaran Kontekstual
  • Menyandarkan pada pemahaman makna.
  • Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa.
  • Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
  • Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan.
  • Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
  • Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang.
  • Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok).
  • Perilaku dibangun atas kesadaran diri (intrinsik).
  • Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
  • Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri. yang bersifat subyektif.
  • Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut merugikan.
  • Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik.
  • Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting.
  • Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik, dengan berbagai cara.
b. Pembelajaran Tradisional
  • Menyandarkan pada hapalan
  • Pemilihan informasi lebih banyak ditentukan oleh guru.
  • Siswa secara pasif menerima informasi, khususnya dari guru.
  • Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada realitas kehidupan.
  • Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan.
  • Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu.
  • Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar , ceramah, dan mengisi latihan (kerja individual).
  • Perilaku dibangun atas kebiasaan.
  • Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.
  • Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai rapor.
  • Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman.
  • Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrensik (dari luar).
  • Pembelajaran terjadi hanya terjadi di dalam ruangan kelas.
  • Hasil belajar umumnya hanya diukur melalui tes tertulis atau lisan
H.    Strategi penerapan model pembelajaran kontekstual
Beberapa strategi pembelajaran yang perlu dikembangkan oleh guru secara konstektual antara lain :
  • Pembelajaran berbasis masalah.
Dengan memunculkan problem yang dihadapi bersama,siswa ditantang untuk berfikir kritis untuk memecahkan.
  • Menggunakan konteks yang beragam.
Dalam CTL guru membermaknakan pusparagam konteks sehingga makna yang diperoleh siswa menjadi berkualitas.
  • Mempertimbangkan kebhinekaan siswa.
Guru mengayomi individu dan menyakini bahwa perbedaan individual dan social seyogianya  dibermaknakan menjadi mesin penggerak untuk belajar  saling menghormati dan toleransi untuk mewujudkan ketrampilan interpersonal.
  • Memberdayakan siswa untuk belajar sendiri.
Pendidikan formal merupakan kawah candradimuka bagi siswa untuk menguasai cara belajar untuk belajar mandiri dikemudian hari.
  • Belajar melalui kolaborasi
Dalam setiap kolaborasi selalu ada siswa yang menonjol dibandingkan dengan koleganya dan sisiwa ini dapat dijadikan sebagai fasilitator dalam kelompoknya.
  • Menggunakan penelitian autentik
Penilaian autentik menunjukkan bahwa belajar telah berlangsung secara terpadu dan konstektual dan memberi kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
  • Mengejar standar tinggi
Setiap sekolah seyogianya menentukan kompetensi kelulusan dari waktu kewaktu terus ditingkatkan  dan setiap sekolah hendaknya melakukan Benchmarking dengan melakukan study banding keberbagai sekolah dan luar negeri.

Berdasarkan Center for Occupational Research and Development (CORD) Penerapan strategi pembelajaran konstektual digambarkan sebagai berikut:
      Relating
Belajar dikatakan dengan konteks dengan pengalaman nyata, konteks merupakan kerangka kerja yang dirancang guru  untuk membantu peserta didik agar yang dipelajarinya bermakna.
      Experiencing
Belajar adalah kegiatan “mengalami “peserta didik diproses secara aktif dengan hal yang dipelajarinya dan berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang dikaji,berusaha menemukan dan menciptakan hal yang baru dari apa yang dipelajarinya.
      Applying
Belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki dengan dalam konteks dan pemanfaatanya.
      Cooperative
Belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui kegiatan kelompok, komunikasi interpersonal atau hubunngan intersubjektif.
      Transfering
Belajar menenkankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru. Ciri kelas yang menggunakan pendekatan konstektual :
  • Pengalaman nyata
  • Kerja sama, saling menunjang
  • Gembira, belajar dengan bergairah
  • Pembelajaran terintegrasi
  • Menggunakan berbagai sumber
  • Siswa aktif dan kritis
  • Menyenangkan, tidak membosankan
  • Sharing dengan teman
  • Guru kreatif
I.       Penyusunan rencana pembelajaran berbasis pembelajaran kontekstual
  • Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. 
  • Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessmennya.
  • Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya.
  • Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. 
  • Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya, di mana: Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.
  • Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut:
  1. Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan Indikator Pencapaian Hasil Belajar.
  2. Nyatakan tujuan pembelajarannya.
  3. Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
  4. Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa
  5. Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.
J.      Peran guru dan siswa dalam pembelajaran kontekstual (CTL)
        Setiap siswa mempunyai gaya yang berbeda dalam belajar. Perbedaan yang dimiliki siswa tersebut dinamakan sebagai unsure modalitas belajar. Menurut Bobbi Deporter ada tiga tipe gaya belajar siswa, yaitu tive visual, auditorial dan kinestis.
Tipe visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, sedang tipe auditorial adalah tipe belajar dengan cara menggunakan alat pendengarannya, dan tipe kinestetis adalah tipe belajar dengan cara bergerak.
Sehubungan dengan hal itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap guru manakala menggunakan pendekatan CTL.
·         Siswa harus dipandang sebagai individu yang sedang berkembang
·         setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan
·         belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui
·         belajar bagi anak adalah proses penyempurnaan skema yang telah ada.

K.     Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kontekstual (CTL)
Kelebihan Model Pembelajaran Kontekstual
Model pembelajaran kontekstual memiliki kelebihan sebagai berikut:
·                      Memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimiliki sisiwa sehingga sisiwa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar.
·                     Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif.
  •       Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.
·                     Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru.
  •       Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
  •       Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.
·                     Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.
Kelemahan Dari Model Pembelajaran Kontekstual
Dalam pembelajaran kontekstual terdapat beberapa kelemahan. Kelemahan-kelemahan model pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut:
  • Dalam pemilihan informasi atau materi  dikelas didasarkan pada kebutuhan  siswa  padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehinnga guru akan kesulitan dalam menentukan materi pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa tadi tidak sama.
  • Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam proses belajara mengajar.
  • Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstualakan nampak jelas antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya.
  • Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual ini akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan.
  • Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model pembelajaran kontekstual ini.
  • Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya dalam bentuk lisan akan mengalami kesulitan sebab model pembelajaran kontekstual ini lebih mengembangkan ketrampilan dan kemampuan soft skill daripada kemampuan intelektualnya.
  • Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak merata.
  • Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam model pembelajaran kontekstual ini peran guru hanya sebagai pengarah dan pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk aktif dan berusaha sendiri mencari informasi, mengamati fakta dan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru di lapangan
2.2  Model Pembelajaran di Laboratorium dan Lapangan
1.      Model pembelajaran di laboratorium
      Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi proses pembelajaran bisa terjadi di mana saja, baik tempat yang didisain untuk berlangsungnya proses pembelajaran, maupun tempat yang tidak didisain secara khusus untuk proses pembelajaran. Laboratorium adalah tempat yang didisain untuk terjadinya proses pembelajaran.
Berbeda dengan ruangan kelas, laboratorium biasanya digunakan untuk kegiatan pembelajaran tertentu yang bertujuan diantaranya untuk:
1) Pembuktian suatu konsep atau teori melalui eksprimen (percobaan).
2) Mendemonstrasikan suatu alat atau proses tertentu
3) Mencari dan menemukan sesuatu melalui cara dan prosedur kerja tertentu.
a.         Prinsip belajar
Ada beberapa prinsip umum proses pembelajaran di laboratorium. Prinsipprinsip tersebut diantaranya:
1.   Prinsip belajar untuk berbuat
      Laboratorium adalah tempat siswa berpraktek, baik untuk menguji suatu konsep, untuk mencari dan menemukan, maupun untuk memahami suatu proses atau prosedur tertentu. Laboratorium bukan tempat untuk mempelajarai data dan fakta yang diarahkan untuk menguasai materi pelajaran yang bersifat hapalan. Dengan demikian guru sebaiknya menghindari kontak dengan siswa secara langsung. Biarkan siswa bekerja sesuai dengan pemahamannya. Kalaupun guru diperlukan sebatas membantu manakala sisiwa mengalami kesulitankesulitan dalam proses pembelajaran.
2.  Curiosity (keingin tahuan)
      Laboratorium adalah tempat untuk menguji atau mencari dan menemukan sesuatu. Oleh sebab itu proses pembelajaran di laboratorium akan efektif digunakan manakala siswa terdorong oleh rasa keingintahuan atau kepenasaran tentang sesuatu. Kadar keingintahuan itu akan menentukan motivasi belajar di laboratorium. Semakin tinggi rasa ingin tahu sisiwa, maka semakin efektif siswa memanfaatkan laboratorium. Dengan demikian sebelum pembelajaran di laboratorium, guru perlu mengembangkan kepenasaran siswa.
3.   Berpikir ilmiah
      Pada umumnya laboratorium digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa melakukan prinsip-prinsip berpikir ilmiah. Berpikir ilmiah adalah proses berpikir secara sisitematis, empiris dan terkontrol. Sistematis adalah proses berpikir melalui tahapan-tahapan yang jelas yang dimulai dari perumusan masalah, perumusan hipotesisi, pengumpulan data, menguji hipotesisi dan merumuskan kesimpulan. Empiris mengandung makna, bahw proses berpikir ilmiah didasarkan pada pengalaman untuk menemukan data. Oleh karena itulah laboratorium pada dasarnya digunakan untu mencari dan menemukan data. Terkontrol adalah proses berpikir yang dilakukan setahap demi setahap dan setiap tahapan diikuti dengan seksama, sehingga setiap orang dapat melakukakn pengujian ulang. Sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut biasanya laboratorium digunakan untuk melakukan eksperimen dan demodnstrasi. Di bawah ini dijelaskan pelaksanaan eksperimen dan demonstrasi.
2. Pelaksanaan eksperimen di Laboratorium
1.       Pengertian
Eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses pembelajaran melalui eksperimen sisiwa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses tertentu.
2.       Langkah-langkah Pelaksanaan Persiapan Eksperimen
Terdapat beberapa hal yang harus dilakuakn dalam melaksanakan eksperimen, yakni: a. Tentukan dan rumuskan tujuan eksperimen dengan jelas daan terukur. Tujuan yang jelas dan terukur, bukan hanya dapat membangkitakan motivsi belajar sisiwa akan tetapi juga dapat berfungsi sebagai petunjuk untuk melakukan eksperimen. b. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan eksperimen. . Kalau seandainya di sekolah bahan dan alat yang diperlukan tidak sesuai dengan jmulah sisiwa, guru dpat melakukan eksperimen dengan mengelompokkan siswa. Untuk alat dan bahan yang memiliki resiko tinggi, siswa perlu memahaminya dengan baik untuk menghindari kesalahan dalam penggunaannya. Untuk itu, sebaiknya pada setiap alat dan bahan dirumuskan cara dan prosedur menggunakannya secara lengkap. c. Memberikan penjelasan secukupnya tentang prosedur atau langkah-langkah melakukan eksperimen. Guru perlu memahami benar bagaimana prosedur melaksanakan suatu kegiatan eksperimen. Prosedur melaksanakan eksperimen sebaiknya disusun dalam benutuk pedoman sehingga dapat dipelajai siswa. d. Seandainya ada hal-hal khusus terdapat dilaboratorium, siswa perlu memahaminya dengan benar. Oleh karena itu di dalam laboratorium perlu ada petunjuk yang jelas, termasuk mungkin petunjuk tentang prosedur keselamatan kerja.
Pelaksanaan Eksperimen
      Setelah semua dipersiapkan, termasuk apa yang seharusnya dilakukan siswa dalam mengadakan eksperimen, kegiatan selanjutnya sisiwa memulai pelaksanaan eksperimen. Ada beberapa hal sebagai petunjuk dalam melaksanakan pembelajaran melalui eksperimen.
a. Guru jangan terlalu terlibat dalam pelaksanaan ekspeimen.. Biarkan siswa memperoleh pengalamannya sendiri, mencari dan menemukan serta bekerja sendiri. Seandainya ada kesulitan, guru tidak secara langsung memecahkan kesulitan tersebut, akan tetapi hanya memberikan petunjuk-petunjuk ata bantuan seperlunya.
 b. Seandainya eksperimen dilakukan secara kelompok, guru harus mengatur agar setiap orang dapat terlibat. Biasanya eksperimen dilakukan oleh siswa yang pintar saja, sedangkan siswa yang kurang cenderung pasif. Oleh karena itu guru perlu mengatur susunan kelompok beserta tanggung jawab setiap kelompok.
c. Dalam setiap tahapan guru perlu melakukan kontrol. Hal ini dimaksudkan bukan hnaya untuk mencek pelaksanaan eksperimen untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi, akan tetapi juga untuk memberikan bantuan manakaa diperlukan.
Tindak lanjut
Tindak lanjut adalah kegiatan penutupan eksperimen. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam kegiatan ini diantaranya:
 a. Siswa memeriksa segala peralatan yang digunakan dalam eksperimen, kemudian mnyimpannya seperti posisi semula.
b. Siswa melaporkan hasil eksperimen kepada guru untuk dianalisis, kemudian diberikan umpan balik.
c. Secara bersama-sama siswa mendiskusikan temuan-temuan atau masalahmaslah yang muncul dari hasil kerjanya. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan metode eksperimen menurut Fathurrahman (Abdillah, 2011) adalah sebagai berikut:
a. Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang dibutuhkan.
b. Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan eksperimen.
c.  Sebelum dilaksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu diberikan pengarahan tentang petunjuk dan langkah-langkah kegiatan eksperimen yang akan dilakukan.
d. Lakukan pengelompokan atau masing-masing individu melakukan percobaan yang telah direncanakan, bila hasilnya belum memuaskan dapat diulangi lagi untuk membuktikan kebenarannya.
e. Setiap individu atau kelas dapat melaporkan hasil pekerjaannya secara tertulis

Kelebihan dan Kelemahan Metode Eksperimen
                 Menurut Menurut Rusyan (Maulidia, 2011) metode eksperimen memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:                
a.  Melatih disiplin diri siswa  melalui eksperimen yang dilakukannya terutama kaitannya dengan keterlibatan, ketelitian, ketekunan dalam melakukan eksperimen.
b. Kesimpulan eksperimen lebih lama tersimpan dalam ingatan siswamelalui eksperimen yang dilakukannya sendiri secara langsung.
c. Siswa akan lebih memahami hakikat dari ilmu pengetahuan dan hakikat kebenaran secara langsung.
d.  Mengembangkan sikap terbuka bagi siswa
e. Metode ini melibatkan aktifitas dan kreatifitas siswasecara langsung dalam pengajaran sehingga mereka akan terhindar dari verbalisme.

Adapun kelemahan metode eksperimen antara lain:
a.  Metode ini memakan waktu yang banyak, jika diterapkan dalam rangka pelajaran di sekolah, ia dapat menyerap waktu pelajaran.
b.  Kebanyakan metode ini cocok untuk sains dan teknologi, kurang tepat jika diterapkan pada pelajaran lain terutama bidang ilmu pengetahuan sosial.
c.  Pada hal-hal tertentu seperti pada eksperimen bahan-bahan kimia, kemungkinan memiliki bahaya selalu ada. Dalam hal ini faktor keselamatan kerja harus diperhitungkan.
d.  Metode ini memerlukan alat dan fasilitas yang lengkap jika kurang salah satu padanya, eksperimen akan gagal.

Sumantri (1999:158) kelebihan dan kekurangan metode eksperimen adalah sebagai berikut:
1.  Kelebihan metode eksperimen
a)  Membuat siswa percaya pada kebenaran kesimpulan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau buku.
b)  Siswa aktif terlibat mengumpulkan fakta, informasi, atau data yang diperlukan melalui percobaan yang dilakukan.
c)  Dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berfikir ilmiah.
d) Memperkaya  pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objetif, realistik dan menghilangkan verbalisme.
e)  Hasil belajar menjadi kepemilikan siswayang bertalian lama.

      2. Kekurangan/kelemahan metode eksperimen
a)  Memerlukan peralatan percobaan yang komplit,
b)  Dapat menghambat laju pembelajaran dalam penelitian yang memerlukan waktu yang lama.
c) Menimbulkan  kesulitan bagi guru dan siswaapabila kurang berpengalaman dalam penelitian.
d) Kegagalan dan kesalahan dalam bereksperimen akan berakibat pada kesalahan penyimpulan.

Model pembelajaran di lapangan
a) Pengertian model pembelajaran di lapangan
Kegiatan Lapangan merupakan suatu kegiatan belajar yang tidak dilakukan di dalam kelas. Kegiatan ini dilakukan di lapangan atau di halaman terbuka dengan memanfaatkan objek yang ada di alam sekitar atau di l;ingkungan sekitar.
Kegiatan belajar tidak selalu harus di lakukan di dalam ruangan kelas berdasarkan rancangan tertentu, tetapi ada kegiatan belajar yang dilakukan di luar ruangan kelas yang bertujuan untuk menambah pengetahuan , memantapkan teori yang telah dipelajari di dalam kelas atau untuk membuktikan secara konkrit teori – teori yang telah dipelajari di dalam kelas.
Kegiatan lapangan sering disamakan dengan kerja laboratorium menjadi pelajaran laboratorium (laboratory lesson ). Bisa dikatakan bahwa lapangan tempat dilaksanakannya kegiatan belajar merupakan laboratorim terbuka. Selain keterkaitan itu , dalam banyak hal kegiatan atau kerja lapangan sama dengan metode laboratorium. Keduanya mimiliki tujuan, faedah, kebaikan dan kelemahan yang sama. Kedua kegiatan ini memiliki tujuan dan faedah yang sama yaitu untuk mencari kebenaran atau untuk mendapatkan bembuktian secara konkrit terhadap suatu materi yang telah dipelajari di dalam kelas. Jadi dapat dikatakan bahwa kegiatan lapangan ini merupakan pelengkap atau penguat dari kegiatan dalam kelas, mengingat kegiatan kelas sebagian besar biasanya hanya memaparkan teori tanpa praktek langsung.
Walaupun kegiatan lapangan dan kegiatan laboratorium sering disamakan, akan tetapi ada ciri khusus yang membedakan kedua hal tersebut. Yang berbeda ialah objek dan tempat dilaksanakannya kegiatan tersebut. Kegiatan lapangan dilakukan di luar lab matematika dan objek yang dimanfaatkan adalah sesuatu yang ada di sekitar kita. Sedangkan kegiatan laboratorium memanipulasi atau meniru benda-benda konkrit atau model matematikanya sebagai objek, dan kegiatan ini hanya dilakukan di laboratorium. Mengukur lebar sebuah sungai tidak mungkin dilakukan di lab matematika, karena itu kegiatan semacam itu termasuk kegiatan lapangan bukan kegiatan laboratorium.
b) Langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran di lapangan
1. Merumuskan tujuan dari kegiatan yang akan dilakukan.
2. Menentukan jenis kegiatan yang akan dilakukan.
3. Menentukan tempat pelaksanaan kegiatan.
4. Menentukan waktu yang tepat untuk pelaksanaan kegiatan.
5. Mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan. Misalkan alat ukur untuk mengukur lebar jalan.
6. Pembagian kelompok dan tugas yang jelas.
7. Pembagian tempat pelaksanaan kegiatan kepada masing – masing kelompok.
8. Pelaksanaan kegiatan oleh masing – masing kelompok sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang didapat.
9. Pembuatan laporan dari kegiatan yang telah dilaksanakan.
Proses pembelajaran di lapangan dapat dibedakan antara pembelajaran melalui praktek kerja lapangan atau sering disebut dengan PKL dengan pembelajaran metode lapangan seperti karyawisata. Praktek kerja lapangan (PKL) biasanya dilakukan oleh siswa untuk lebih memahami dan menghayati lapangan pekerjaan beserta tugas-tugas yang harus dikerjakan disamping menambah skill atau keterampilan dalam pelaksanaan tugas pekerjaanya. Biasanya PKL dilakukan oleh siswa-siswa sekolah kejuruan menjelang akhir studi. Sedangkan, model pembelajaran karyawisata adalah model pembelajaran dengan membawa siswa mempelajari bahan-bahan belajar diluar kelas, dengan maksud agar siswa lebih memahami serta memiliki wawasan yang luas tentang bahan ajar yang dipelajarinya didalam kelas.
Manakala guru menggunakan karya wisata dalam model pembelajaran dilapangan, maka dalam pelaksanaanya mengikuti langkah-langkah seperti berikut:
Perencanaan
1.      Rumuskan tujuan karya wisata secara spesifik.
2.      Menetapkan obyek sesuai dengan tujuan karyawisata.
3.      Sebaiknya dibentuk kepanitiaan.
4.      Buat petunjuk teknis yang harus dikerjakan selama karyawisata.

Pelaksanaan
1.      Unsur rekreasi jangan jadi prioritas utama.
2.    Apabila ada masalah segera cari jalan keluar.
3.    Kontrol siswa dalam mengerjakan lembar kerja.

Tindak lanjut
1.      Minta laporan karya wisata pada setiap kelompok atau individu.
2.    Berilah nilai baik umum atau khusus.
3.    Apabila perlu, berilah siswa tugas lanjutan.

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berbagai model pembelajaran yang dikembangkan pada tingkat sekolah dasar diantaranya model contextual teaching and learning( CTL). Model ini pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan untuk kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Hal ini yang terpenting adalah bagaimana seorang guru dapat mengelola dan mengembangkan komponen komponen pembelajar itu dalam suatu desine yang terencana dengan mem perhatikan kondisi aktual dari unsur unsur aktual dalam implementasi pembelajaran yang akan dilakukan, misalnya : alokasi waktu yang terssedia, sarana dan prasaraanayang tersedia, biaya, dan sebagainya. Pembelajaran konstektual adalah suatu model pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Laboratorium adalah tempat yang di desine untuk terjadinya proses pembelajaran. Laboratorium biasanya digunakan untuk kegiatan pembelajaran tertentu yang bertujuan di antaranya untuk: pembuktian suatu konsep ayau teori melelui eksperimen( percoban), mendemonstrasikan suatu alat atu proses tertentu dan mencari dan menemukan sesuatu melalui cara dan prosedur kerja tertentu.
Model pembelajaran di lapangan adalah model pembelajaran yang didesine agar siswa mempelajari langsung materi pelajaran pada objek yang sebenarnya, dengan demikian pembelajaran semakin nyata.
3.2 Saran
Kedepannya, pendidim diharapkan bisa mengetahui model-model pembelajaran yang sesuai dengan anak sekolah dasar serta dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
Terakhir semoga makalah sederhana ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Sebelum dan sesudahnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi kebaikan di masa yang akan datang.

REFERENSI/DAFTAR PUSTAKA
  • Santoso, Imam. 2011. Belajar dan Pembelajaran. STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung.
  • Hamdani, A. Saepul. Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Pembelajaran PAI. Surabaya: NIZAMIA Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Islam: Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya.
  • Susilana, Rudi (Koord),(2006), kurikulum dan pembelajaran, Jurusan Kurtek FIP Universitas Pendidikan Indonesia.
  • Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : ALFABETA
  • http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/29/pembelajaran-kontekstual/
Baca Makalah Yang Lainnya :
- Makalah Antropologi | Resume Sejarah Baturraden

Untuk Contoh Penulisan Bagian Awal Skrisi dan yang lainnya bisa dilihat di Artikel dibawah ini :
Contoh Penulisan Kaper Skripsi
Contoh Penulisan Lembar Pengesahan
Contoh Penulisan Lembar Pernyataan Skripsi
Contoh Penulisan Kata Pengantar Skripsi
Contoh Penulisan Daftar Isi Skripsi
Contoh Penulisan Daftar Pustaka Skripsi
Contoh Penulisan Artikel Skripsi
Contoh Penulisan Proposal Skripsi PTK
Contoh Tugas Akhir D2 PGTK
Contoh Abstrak Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Baca Juga Artikel Yang Lainnya :
- Download Design Font
- Download File Corel Original Bisa Di edit
- Info Harga Sekitar Tasik
- Artikel Islam & Tulisan Bermanfaat

Pengunjung